Mereka mendesak DPRD Kota Bekasi untuk mencabut subsisi BisKita.
Hal ini lantaran jumlah penumpang mereka menurun hingga 80 persen sejak BisKita mulai beroperasi secara gratis.
Penurunan penumpang tersebut menyebabkan penghasilan mereka merosot.
“Sangat miris penghasilan kami sekarang,” kata Simanjuntak, salah satu pengurus Angkot K-11 jurusan Terminal Bekasi – Bantar Gebang.
Menurut dia, para sopir angkot menerima keberadaan operasional sosial milik pemerintah itu.
Namun catatannya dengan mencabut subsidi sehingga bisa bersaing dengan angkot di Kota Bekasi.
“Jadi kami meminta kepada dinas terkait supaya itu (subsidi) dicabut, mari BisKita berbayar. Kenapa sih takut bersaing dengan angkutan reguler, padahal pakai AC,” katanya.
Diketahui, sejak beroperasi pada awal tahun, pemerintah memberikan subsidi kepada BisKita. Ini membuat masyarakat mendapatkan pelayanan gratis dalam bertransportasi.
Di sisi lain, kondisi ini merugikan para sopir dan pengusaha angkot.
Penghasilan mereka terus merosot tajam. Sebelum kehadiran BisKita, para sopir bisa mengantongi pendapatan Rp120 ribu dalam sehari.
Penghasilan tersebut biasanya disetorkan kepada pengusaha angkot sekitar Rp70 ribu. Sedangkan penghasilan para sopir hari ini dalam seharinya hanya Rp40 rib.
“Biasanya penghasilan Rp120 ribu per hari, sekarang cuma Rp40 ribu. Sangat jauh, kita prihatin sama mereka,” ungkap Ketua DPC Organda Kota Bekasi, Indra Hermawan.